Cara Meningkatkan Percaya Diri

Cara Meningkatkan Percaya Diri

FUJIHARU – Begitu banyak saran yang akan kamu temukan di internet jika akan mencari solusi untuk rasa percaya diri. Apakah bermanfaat untuk diri sendiri? pasti ada yang berguna dan nggak bergunanya.

Kenapa percaya diri itu penting? Pastinya penting, tanpa percaya diri, kamu akan selangkah tidak lebih maju dari temanmu. Hehehe hanya selangkah, tapi bayangkan kalo hitungannya kita selangkah tidak lebih maju perdetiknya? Akan menjadi apa kita kelak nanti? Wow….kita akan menjadi seonggok “uncomfy” yang akan selalu menjadi follower sampai akhir nanti. Nanti kapan? Ya end of your life lah. Bayangkan seharusnya kita maju dan menjadi sukses, hanya karena rasa percaya diri kurang, maka kesempatan emas yang telah ada di depan mata hilang begitu saja. Ingat, membuat peluang emas saja cukup sulit, lalu bagaimana kita memanfaatkan kesempatan yang diberikan? Waduh…susahkan? Makanya bagi kalian juga jangan sekali kali menghancurkan rasa percaya diri seseorang, apalagi ditempat umum.

PERCAYA DIRI

Tapi ngomong pede emang susah, untuk membuktikan atau meningkatkannya perlu waktu dan kita nggak tahu kapan belajar pede ini akan selesai. Mood manusia itu akan naik turun, bisa aja ketika mood turun, pede juga ikut turun, wah gawat kan? Akhirnya jadi pemalu! Nggak salah jadi pemalu, tapi ketika kita jadi pemalu, mungkin banyak kesempatan yang akan hilang percuma di depan mata kita.

Baca Juga:

Begitupun dengan aku. Ketika pede tidak datang, ya kasarnya mood lagi down dan serasa pede hilang. Semua keberanian dan juga kebanggaan sebagai manusia serasa tidak berarti. Serasa sampah. Ouch!

Saat ini aku mengalaminya. Prestasi sekolah seolah biasa, malah bisa dibilang the worst student in class, bad habit at home, and etc. Mengenang kembali beberapa tahun silam, ketika aku menginjak sekolah dasar, indah rasanya bermain bersama teman dan belajar. Malahan saat itu nggak terasa kalo aku belajar disekolah. Semua mengalir apa adanya. Bahkan ketika diingat ingat, semua guru, keluarga dan teman sekolah mengenalku sebagai pribadi yang tukang tidur. Tidak ada waktu terlewatkan untuk tidur dikelas dari SD sampai kuliah, bahkan ketika sekolah di Jepangpun selalu ngantuk dan tidur. Tapi berbeda dengan masa masa SD. Tanpa belajarpun aku selalu jadi juara dikelas. Ya paling jelek mungkin dapat rangking 5 besar. Memang rangking bukan sebagai taraf mengukur kebisaan seseorang dalam hidup, tapi setidaknya aku bisa dalam hal akademik. Dan sungguh, tidak ada kata belajar yang dilakukan di rumah. Semua serasa mengalir begitu saja. Entah aku yang jenius, atau teman yang kurang bisa? Atau aku yang emang punya kemampuan biasa dan teman punya kemampuan dibawah aku? heheheheh entahlah. Yang pasti saat itu menjadi moment yang sangat seru karena bisa membantu teman ketika mereka tidak bisa mengerjakan sesuatu. Puas rasanya ketika bisa membantu mereka. Atau aku justru pelit bagi bagi jawaban ke mereka? Haha.

Saat SMP pun sedikit sama, bedanya karena teman dari daerah lain lebih unggul, aku juga harus belajar dirumah. Ya, belajarnya cukup 2 jam permalam sampai jam 10. Dan, itu lumayan berhasil, kegiatan belajar itu tetap dilakukan sampai SMA. Nilaipun lumayan bagus.

Kuliah merupakan saat saat yang paling indah, tapi bukan sebagai seorang akademisi. Aku kuliah senang karena merasa mempunyai teman teman yang bisa saling menghargai. Memang harga yang diperlukan dalam pertemanan adalah sakit. Kita pernah saling menyakiti dan sama sama menderita. Tapi, disaat itulah kita saling mengerti dan tahu arti sahabat. Bagaimana dengan akademik? Entahlah. Semuanya terasa biasa. Aku nggak begitu puas dengan akademik.

Lalu, manakah rasa percaya diri yang bisa aku banggakan kini? Disaat rasa percaya diri itu tipis? Haruskan aku mengingat semua kejadian seru saat SD? Bangga mempunyai teman yang bisa saling mengerti? Bingung. Tuhan, aku yakin engkau telah memberi talenta lebih pada tiap orang, tapi apakah talenta yang aku punya?

Aku ingin mengetahuinya lebih cepat lebih baik agar rencana bisa terbaca jelas dipikiran ini. Saat ini hanya suntuk yang ada. Memikirkan segala hal yang dilakukan seolah tiada berarti. Salah salah dan ujungnya saling menyakiti. Aku tidak ingin menyakiti orang lain, begitupun mereka terhadap aku. Percaya diri, dimanakah kau saat ini? Apakah ada diujung jalan ini?