Puasa di Jepang dan bedanya

Puasa di Jepang dan bedanya

FUJIHARU – Alhamdulillah bulan suci ramadhan telah kembali lagi. Banyak bersyukur karena aku bisa merasakan bulan puasa tahun ini bersama keluarga, meskipun dalam status nggak bekerja. Lho, kok bersyukur? Soalnya tahun kemarin aku telah bekerja di perusahaan Jepang, tapi nggak terasa sekali bulan puasanya. Saking kerja nggak masuk akal. Hehe. Aku juga akan sedikit bercerita tentang perbedaan puasa di Jepang dan bedanya ketika di Indonesia. Salah satunya adalah terkait berapa jam puasa saat di Jepang.

Berpuasa di Jepang dan Bedanya dengan di Indonesia

Bulan puasa memang terasa istimewa. Bulan inilah yang menurut aku paling dinantikan karena kita akan bertemu dengan saudara saudara lain di kampung. Bahkan, saudara jauh yang nggak pernah ketemu bisa bertatap muka (ketika mendekati Idul fitri).

Perbedaan Bulan Puasa

Apa saja sih perbedaan yang dirasakan saat puasa di Jepang dan Indonesia?

Suasana lingkungan

Ketika aku di Jepang, bulan puasa nggak terasa sama sekali, makanya aku kadang sedih ketika mengenang saat itu. Nggak terasa karena memang kita hidup di wilayah yang bukan dominan muslim, jadi dimana mana makanan atau atribut puasa nggak terasa. Misalnya sehabis magrib atau subuh banyak sekali yang mengaji di musholla atau mesjid kampung. Bagaimana dengan di Jepang? Nggak ada.

Terus pas mau buka juga nggak ada iklan marjan sirup, jd kurang sreg. Hahahaha. Pas ngabuburit juga nggak kayak di Indonesia yang banyak penjual sop buah, gorengan atau hanya sekedar ngumpul ngumpul.

Baca Juga:

Banyak toko makanan buka dan siapapun bebas makan di jalanan. Pengen makan juga? Nggak, cuma beda aja. Kangen dengan suasana Indonesia yang berkebalikan. Saat ngabuburit, di sepanjang jalan di Indonesia akan banyak sekali penjual dadakan yang menjajakan minuman atau gorengan. Di Jepang, nggak ada sama sekali.

Berpuasa di Jepang dan Bedanya dengan di Indonesia
Bersama kakak dan keponakan

Aku bahkan ngabuburit ke kota sebelah dan jalan menggunakan sepeda dengan teman teman lain untuk menunggu magrib. Tentunya saat waktu luang ya. Jika di Indonesia, terkadang aku jalan jalan dengan keluarga untuk ngabuburit, entah jalan ke tempat wisata terdekat atau hanya sekedar ke mall.

Waktu Puasa

Saat sahur adalah waktu yang cukup krusial. Puasa saat itu berada di sekitar  musim panas, jadi suhu udah lumayan hangat, tapi waktunya kebangetan deh. Kita harus sahur jam 2 pagi, soalnya kalo nggak salah 02.30 an udah imsak. Dan, buka puasanya sekitar jam 7 malam. Di Jepang, jam 18.00 masih terang! Bayangkan, hampir 16 jam berpuasa, dan suhunya kalo siang hari sangat panas sekali dan menyengat. Panasnya mirip Indonesia, cuma dikulit itu bikin sakit. Orang jawa bilangnya nglemkeb. Benar benar usaha yang luar biasa.

Dan puasa saat itu terjadi pada musim panas alias summer. Kalo di winter mungkin akan lebih enak karena jam puasa lebih pendek. Cuma nggak enaknya karena dingin, laparnya lebih cepat kali ya. Haha.

Berpuasa di Jepang dan Bedanya dengan di Indonesia
Suasana makan saat buka puasa

Makanan sahur dan buka puasa

Untuk makanan, biasanya aku cuma masak telor goreng dan nasi. Terkadang aku juga menambahkan furikake untuk lauknya. Jika ada teman, kita makan sahur bareng, tapi seringnya sendiri, soalnya jam baito kita terkadang berbeda. Mungkin teman sahur di tempat baito.

Bandingkan dengan di Indonesia! Kita sahur dan buka bersama keluarga. Masak biasanya disiapkan kakak atau ibu kita. Hampir segala makanan dan minuman lezat terhidang. Kenikmatan Tuhan mana yang kau dustakan? Bukan manjanya ya, tapi jika bersama keluarga selalu senang bawaannya.

Waktu puasa juga nggak terlalu lama, biasanya imsak 04.30 dan buka jam 18.00. Dari jam jam itu, kita benar benar merasakan yang namanya puasa. Selepas sholat atau biasanya magrib, keluarga akan membaca alquran. Lalu dilanjutkan obrolan apapun bersama keluarga. Makanya ini yang paling aku suka dari puasa, kita akan selalu bersama keluarga.

Saat puasa tahun lalu, aku nggak begitu bisa bersama keluarga, bahkan – 2 hari sebelum lebaran masih kerja. Ugh!!! Entah namanya piket atau apa, yang menyebabkan aku harus tetap dikantor, padahal kerjaan udah nggak begitu ada.

Selama puasa lalu, aku benar benar ketinggalan dari baca quran atau sholat tarawih. Pulang selalu malam, sehingga nggak bisa sholat tarawih berjamaah. Puasa juga nggak begitu terasa soalnya pulang kerja hanya kembali ke kostan, tanpa ditemani siapapun (jomblo alert).

Lebaran Idul Fitri

Pas lebaran inilah saat yang ditunggu, kita bisa kumpul dengan siapapun dan bisa bersilaturahmi dengan keluarga. Biasanya kita nggak ada waktu untuk ketemu keluarga jauh dan di momen inilah kesempatan untuk bertemu ada. Adem rasanya jika ketemu mereka, tapi awas, jangan tanya kapan nikah? Kapan punya anak? Kapan nambah? Doain aja biar kita saling sehat. Ok?

Saat idul Fitri atau lebaran, kita akan ke mesjid desa untuk sholat Idul Fitri bareng. Lalu pulang sholat, menuju rumah, kita akan saling bersalaman bertemu tetangga atau saudara seiman. Suasannya sangat dirindukan.

Berpuasa di Jepang dan Bedanya dengan di Indonesia
Tim nekat ke KBRI saat lebaran tanpa sekolah, akhirnya dihukum

Idul Fitri di Jepang

Ketika di Jepang, kamu akan menangis. Nggak bisa bertemu dengan orang yang disayangi: keluargamu. Aku hanya berucap, bersyukurlah siapapun yang mempunyai keluarga dan bisa selalu dekat dengan mereka. Itu kenikmatan yang nggak terhingga. Jika kamu sering dengan mereka, selalu bersyukur ya, karena jika kamu berpisah saat momen ini, kamu menyesal sekali. Tapi, untung masih ada teman teman yang saling menguatkan ketika di Jepang. Tidak ada omongan atau apapun, kita hanya saling memandang satu sama lain bahwa kita merasakan sedih yang tak terhingga: ingin berjumpa dengan keluarga. Satu cara yang dilakukan adalah dengan pergi ke KBRI Tokyo dan bertemu dengan orang Indonesia lain yang ada di perantauan. Disana kita bisa merasakan makanan Indonesia, juga bertemu orang Indonesia lain. Itulah keluarga yang saat itu kita punyai, mungkin nama nggak kita kenal, tapi melihat mereka dari satu negara: Indonesia, kita merasakan satu hal: kita keluarga.

Serba Serbi Puasa di Jepang

“Jika kamu puasa, bagaimana dengan baito nanti?”

Itulah satu pertanyaan dari beberapa orang Jepang jika aku mengatakan bahwa aku puasa. Mereka mengatakan bahwa nanti aku akan mati jika nggak makan. Hahah padahal nggak makan minum cuma 16 jam aja. Bahkan, mereka menyarankan minum aja sedikit, toh nggak ada yang tahu juga. Hihi.

Aku pernah minta izin untuk buka puasa di jam istirahat, ya sekedar untuk minum atau membatalkan puasa aja, soalnya jika istirahat sekitar 15 atau 20 menit agak susah, apalagi di jam jam sibuk kerja 18.00. Alhamdulilah pemimpin toko nya baik hati dan mengizinkan.

Jika masih dijalan dan nggak sempet bawa bekal untuk buka, biasanya aku hanya membatalkan dengan air minum yang ada di taman. Alhamdulillah jika funsui atau air mancur ditaman bisa diminum kapanpun. Awas, beda dengan di Indonesia ya. Kalo di Indonesia harus di masak terlebih dahulu.

Puasa yang paling enak adalah saat musim dingin. Meskipun dengan adanya dingin, kita akan merasakan lapar lebih cepat, waktu berpuasa juga sangat cepat. Mungkin imsaknya hampir sama dengan di Indonesia, tapi buka nya sekitar jam 4 atau 5 an, soalnya malam lebih cepat datang.

Ramadhan atau bulan puasa ini memang special, apalagi tahun ini. Aku bisa berkumpul dengan keluarga. Semoga rasa bersyukur ini semakin bertambah, biar Allah memberikan kebaikan lebih banyak lagi untuk aku. Amin.

Lalu, bagaimana dengan puasamu?