Sepeda Jepangku dirantai karena melanggar aturan

Sepeda Jepangku dirantai karena melanggar aturan

FUJIHARU – Ini adalah pengalaman pahit ketika sepeda jepangku dirantai. Salah aku juga sih karena parkir sepeda sembarangan di dekat stasiun Maebashi, Jepang. Semoga cerita pengalaman malang ini bisa jadi pembelajaran kita semua.

 

Parkir sembarangan

Karena lahan di Jepang sangat diperhatikan dengan baik, kita parkir harus sesuai ketentuan yang berlaku. Jika parkir di tempat berbayar, ya bayar. Jika di parkir distasiun, ya kudu parkir ditempat yang disediakan.

Awal Mula kesalahan parkir

Jadi, aku tuh ikut parkir sembarangan karena mengikuti hal salah yang ditunjukkan oleh senpai atu senior sebelumnya. Bukan menyalahkan para senior, tapi kata mereka, “Di sini aja, lebih dekat dan aman.”

Mereka parkir sepeda si stasiun Maebashi, Gunma dekat salah satu gedung, tapi bukan khusus parkir sepeda. Mungkin karena mikirnya tempat cukup terlindungi dari panas dan angin, juga dekat dengan stasiun, makanya seenaknya memarkir sepeda dengan sembarangan.

Kegiatan ini udah cukup berlangsung lama karena senior yang telah lama di Jepang juga melakukan hal yang sama.

Baca Juga: Pengalaman sekolah bahasa di Jepang

Tertempel “tempat ini bukan parkir!”

Sebenarnya udah ada himbauan bahwa dilarang parkir ditempat tersebut, tapi karena parkir sepeda stasiun Maebashi cukup jauh, maka beberapa orang parkir sembarangan. Btw, di dekat stasiun Maebashi juga ada parkir berbayar lho, kalo nggak salah sewa sepeda diparkiran 100 yen perhari. Cuma sayang banget kalo harus bayar 100 yen hanya untuk parkir, makanya lebih baik menggunakan parkir liar.

Bahkan, beberapa kali aku melihat ada polisi juga yang menertibkan tempat tersebut. Suatu hari aku pernah pulang dari baito naik kereta di stasiun Maebashi. Saat pulang, aku melihat beberapa polisi menanyai beberapa orang yang akan mengambil sepedanya. Sepertinya kena tilang atau teguran. Karena aku nggak mau ditegur mereka, aku pura pura buka tas dan mengecek handphone saat di depan para polisi, lalu pergi dari tempat tersebut dan nggak jadi mengambil sepeda. Jika aku nggak seperti itu, mungkin akan ditegur pak polisi. Aku mengambil sepeda beberapa jam kemudian setelah polisi sudah tidak ada ditempat tersebut.

Baca Juga: Jenis Part time jobs / Baito di Jepang

Sepeda Jepangku dirantai

Sepeda dirantai pemilik gedung

Aku dan teman baito baru saja makan makan di restoran tebehoudai Sutamina taro (makan sepuasnya) seperti hanamasa jika di Indonesia, di kota tetangga.

Saat pulang, sepeda Jepangku dan sepeda teman lainnya dikunci, diborgol bersamaan dengan sepeda lain yang ukuran rantai cukup panjang. Wah gawat, bagaimana ini? Disitu juga ada tulisan, “jika ingin dilepaskan, maka harus menghubungi nomor yang tertera di sepeda.”

Fix, kita sepertinya menjadi tertuduh.

Malam itu juga kita dag dig dug bukan kepalang. Jika kita dilaporkan ke polisi, maka habislah kita. Padahal kita ke Jepang menggunakan visa student. Jika ada masalah, kayaknya kita akan dideportasi. Benarkan? Akan di penjara? Pikiran pikiran aneh keluar berhamburan.

Karena disitu aku yang dituakan, aku mencoba menghubungi nomor yang tertera. Aku perkenalkan diri ke mereka dan minta maaf bahwa kita telah melakukan kesalahan. Lain kali tidak akan parkir sembarangan di samping perusahannya. Tapi, orang Jepang yang ada di telepon marah besar. Dia bilang udah diinfokan berkali kali, tapi tetap saja diulangi. Aku bilang, jujur ini pertama kalinya aku ditegur, jadi aku kurang tahu kalo sebelumnya juga pernah ada teguran yang sama.

Karena perempuan yang diujung telepon selalu marah dan tidak menunjukkan empati, aku pamit diri. Kita semua khawatir karena bisa bisa pihak sekolah tahu dan mereka akan kena sangsi.

Bermain seperti sutradara film detektif

Tiba tiba pikiran detektif plus penjahat bekerja semua. Bagaimana caranya agar keluar dari permasalahan ini? Dengan cara baik ternyata tidak bisa. Mereka minta aku datang besok pagi, soalnya saat itu jam menunjukan sekitar 9 malam.

Kita langsung berusaha menarik narik lantai tersebut, berharap  akan lepas, tapi tetap saja masih kuat terkunci. Bukan satu dua sepeda yang terantai bersama, tapi lebih dari 6 sepeda terantai bersamaan.

Saat itu ada temanku yang menarik rantai pas dibagian gemboknya. Dengan sekuat tenaga, ternyata bisa dilepaskan. Ok, kita bisa melepaskan lantainya. Kita saat itu langsung mengecek apakah ada kamera cctv yang melihat tindakan kita. Kita takut juga dikira penjahat karena berusaha melepaskan rantai yang sengaja diikatkan oleh pemilik gedung.

Baca Juga: Magang ke Jepang Jalur Swasta

Kita berusaha melihat kemungkinan cctv yang terinstall. Kita semua memasang hoody atau menutup muka kita ketika melewati daerah yang cukup terang dan dirasa ada cc tv. Kita juga berjalan tidak beriringan, tapi satu persatu dan berusaha mengambil jalan lain. Lalu kita bertemu di Lawson yang posisinya cukup jauh dari stasiun Maebashi.

Kita keluar dan mengambil sepeda dari tempat parkir liar. Sungguh mencekam. Kita serasa actor yang memainkan film horor, tapi real!

Ketika kita bertemu di Lawson yang dijanjikan, kita semua senang, sekaligus lega karena bisa keluar dari permasalahan itu. Setelahnya kita nggak pernah menceritakan kejadian tersebut pada teman kecuali para korban yang telah dikunci sepedanya.

Baca Juga: Belajar Tidak Patuh Aturan di Indonesia, Lampu Merah diterobos!

Btw, untuk kunci gembok dan rantai kalo nggak salah dibawa oleh temanku, soalnya menempel di sepedanya. Karena susah dilepaskan, jadi sekalian dibawa oleh dia.

Bagi pihak pengelola gedung, maaf ya pak, bu.

Semenjak kejadian sepeda Jepang yang dirantai, aku nggak pernah parkir liar lagi di tempat tersebut. Meskipun jauh, aku memilih untuk parkir ditempat yang disediakan oleh pemerintahan setempat. Lebih aman.