Serbuan Ojek Online

Serbuan Ojek Online

FUJIHARU – Kedatangan ojek online di Indonesia merupakan kabar baik yang disambut antusias oleh warga. Bagaimana tidak, seolah doa yang telah lama diuntaikan dan didoakan akhirnya kesampaian. Doa apa? Doa orang yang didzolimi. Yang mana sih? Masa sih kamu nggak pernah didzolimi mang angkot, elf atau bis kota? Pernah nggak ketika kita naik angkot atau kendaraan umum, terus kendaraannya lama banget ngetem, ketika kita bilang ke supir untuk jalan, mereka langsung marah marah?

Kurang lebih itulah omongan atau cercaan yang penumpang dapat dari sopir atau kondektur saat naik kendaraan. Aku sering mengalami, cuma nggak pernah complaint ngetem lama. Seringnya adalah ketika ditengah jalan diturunkan dengan alasan orangnya sedikit, bayaran dinaikin seenaknya, diejek karena bayar cuma setengah dari dewasa, nggak boleh duduk, harus berdiri karena mengganggu penumpang lain dan alasan lainnya.

“Kalo nggak mau naik, sana pake kendaraan pribadi aja!”
“Kita butuh duit, jadi nyari orang banyak!”
“Blagu, anak sekolah bayarnya cuma setengah dari dewasa!”
“Berisik, ini bukan kendaraan nenek moyangmu!”
“Kalo mau AC, beli mobil sendiri!”

Baca Juga:

Kini, dengan hadirnya ojek online, sangat puas sekali. Disamping harga nggak jauh beda, bahkan kita bisa milih dan menilai. Jika kualitas atau pelayananya jelek, kita tinggal kasih bintang sedikit. Beda dengan jaman dulu, kita tidak ada kekuatan untuk menawar!

Jika kita naik mobil onlinepun bisa sesuai harga. Jika dia minta lebih, kalo kita mau ngasih silakan, nggak juga nggak apa apa. Ya ibaratnya kasih tips lah ya. Bahkan, mobilnya juga bisa disii hanya ama kita seorang, seolah kita yang punya tuh mobil. Ada AC juga lho. Adeeem.

Kedatangan driver online yang didominasi oleh jaket hitam, hijau dan orange menjadi hal yang menarik dari segi bisnis dan ekonominya. Driver online pun semakin banyak karena mendapatkan penghasilan yang bahkan lebih besar dari karyawan biasa. Pernah denger, bahwa perbulannya bisa mendapat sekitar 5 sampai 6 juta. Ntah benar atau tidaknya.

Selain menguntungkan para consumer, kedatangan ojek online juga mendatangkan keruwetan tersendiri. Kenapa? Aku pernah interview ke Thamrin Jakarta. Ketika pesan driver online, aku merasa senang dengan kualitas yang diberikan, tapi kok terlihat semrawut ya jadinya. Jangan salah paham, mungkin karena warna hijau, hitam orange yang mendominasi jalanan membuat suasana ribet. Aku lebih memilih sepi. Hehe. Lalu aku kaget sekali ketika driver online yang aku naiki nggak patuh lalulintas. Ketika lampu merah, secepat kilat dia nyebrang dan memang terlihat biasa, karena yang lainpun melalukan hal yang sama. Oh my God! Aku mau complaint ke drivernya, tapi disisi lain aku juga merasa diuntungkan karena lebih cepat sampai ke tempat tujuan. Dengan motor, lebih gampang nyelip ke kendaran lain. Cuma, aku masih shock dan kurang sreg ketika driverku menerabas lampu merah. Bukankah mengganggu pejalan kaki dan pengendara lain? Itu pikiranku.

Mungkin saling terobos itu udah biasa dan dianggap hal wajar kali ya, jadinya semua orang terbiasa. Aku awalnya kaget, kok bisa semua orang sepertinya “memaklumi” kejadian tersebut.

Semoga hal itu bukanlah pemalkuman, karena nanti akan semrawut kota Jakarta dan kota kota lain yang menggunakan basis online ini. Bukan berarti jelek semua, karena angkot, elf, bis kota yang ada juga sering melanggar. Tapi, sebagai customer, aku berharap driver online ini juga dibarengi oleh sikap bijaksana dari drivernya agar kenyaman keduabelah pihak dan orang lain mendapat porsi yang pas.

Amin.