Pengalaman menjadi interpreter pertama kali di Jepang

Pengalaman menjadi interpreter pertama kali di Jepang

FUJIHARU – Ini adalah pengalaman pertama kalinya aku menjadi seorang translator, interpreter atau penerjemah bahasa Jepang dan Indonesia saat di Jepang. Bukan acara besar, resmi dan megah, tapi hanya sebatas interpreter gadungan yang membantu teman teman Indonesia saat mencari baito/ arubaito. Berapa gaji di Jepang?

Kerjaannya ngapain? Baito penerjemah di Jepang? Yang dipersiapkan apa?

Begitulah gambaran awal ketika aku akan menerima baito atau kerjaan pertama sebagai penerjemah atau translator. Saat itu aku memang udah baito di tempat lain. Cuma aku ingin sekali menjadi interpreter bahasa Indonesia dan Jepang (vice versa) yang memang resmi dibayar oleh sebuah perusahaan yang namanya AJIS, sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang hitung menghitung barang di supermarket seperti Daiso, Torisen, Uniqlo, dll.

Baca Juga: Jenis Part time/ Baito di Jepang

Awalnya aku nggak mau ambil arubaito tersebut, karena bayarannya cukup kecil dan jam kerjanya nggak panjang. Bayangin aja perjam sekitar 800-950 yen perjam, sedangkan jam kerja sekitar 3 jam. Cuma berbekal aku ingin mencoba pekerjaan ini secara resmi, aku melakukannya. Btw, aku sebenarnya sering nerjemahin ketika temen temen ada keperluan ke perusahaan atau menjadi penyambung lidah ke orang Jepang jika temenku nggak bisa. Cuma, bukan secara official atau resmi. Jadi hanya bersifat pertemanan atau nggak dibayar. Nah, aku ingin mencoba kerjaan ini sebagai pengalaman dan pembelajaran buat aku.

Tentu saja, ketika ambil baito jadi penerjemah ini, aku harus off dari baito lain untuk hari itu.

Baca Juga: Berapa Gaji Interpreter Bahasa Jepang?

Apakah yang harus aku persiapkan untuk menjadi penerjemah ini?

1. Materi

Aku tanya dulu apa saja yang akan aku terjemahkan saat bekerja agar ketika baito tahu medan perang. kan nggak lucu pas di depan temen teman aku gelagapan nggak bisa.

2. Waktu

Usahakan minimal datang sejam atau 30 menit sebelum dimulai, soalnya biar kamu terbiasa dengan medan yang akan dilalui, juga kamu bisa membuka obrolan terlebih dahulu dengan client.Baca Juga: Kerja di Amazon Jepang

3. Percaya diri

Kamu harus sering berlatih ngomong dulu. Biar otot otot disekitar muka dan mulut elastis. Hahaha. Intinya jadi suara kamu lebih enak didengar. Kan ada orang yang terkadang suaranya seolah tercegat dll.Baca Juga: Etos Kerja Orang Jepang

Baito pertama sebagai penerjemah di Jepang
Tim AJIS

Ketika penerjemahan berlangsung, alhamdulillah aku bisa menghandlenya, karena bahasa yang digunakan oleh client nggak susah dan mudah dimengerti. Btw, saat itu aku menerjemahkan dari bahasa Jepang ke Indonesia.

Terkadang, pertanyaan yang bikin bingung adalah ketika ada obrolan atau pertanyaan tentang ketenagakerjaan. Aku nggak ngerti, udah bahasanya susah, bingung juga ngejelasinnya. Misalnya apakah kita bisa protes jika kerjaan tidak sesuai? Kepada siapa kita akan protes? ke badan ketenagakerjaan Jepang? Wakakaka.. Maaf belum sebagus itu level bahasa aku.

Tapi alhamdulillah ketika baito berlangsung, semua bisa terkendali. Aku juga merasa puas atas kegiatan hari itu.

Baca Juga: Berapa Gaji Kerja di Jepang?

Terus, baito selanjutnya mau diambil lagi nggak? Nggak. Udah cukup, soalnya aku juga mengorbankan baito sebelumnya yang lebih bagus, lebih gede gaji dan lebih banyak positifnya. Cukup sekali aja. Bukan karena kecil gajinya juga sih, intinya adalah aku lebih memilih baito sebelumnya karena memang udah terschedule rapi dan lebih bisa diandalkan untuk kehidupanku saat itu.

Bagaimana dengan di Indonesia? Pernah jadi penerjemah? Pernah. Ketika aku pulang dari Jepang, aku dapat info freelance dari Facebook bahwa perlu penerjemah untuk sehari aja. Aku ambil aja. Lumayan untuk nambah duit dikantong juga pengalaman baru di Indonesia. Kalo kamu, pernah baito jadi penerjemah?