Protes ke manajer pabrik: Jangan pernah bilang "Indonesia lamban!

Protes ke manajer pabrik: Jangan pernah bilang “Indonesia lamban!

FUJIHARU – Salah satu sifat buruk orang Jepang yang aku protes saat di Jepang adalah ketika mereka bilang Indonesia osoi, atau Indonesia lamban. Dan pastinya, hubunganku dan manager pabrik ini tidak pernah mesra sampai aku resign karena aksi protes yang aku lakukan.

Protes ke manajer pabrik: Jangan pernah bilang "Indonesia lamban!

Kejadian yang aku ceritakan ini adalah pengalaman ketika aku memprotes koujoucho atau pemilik pabrik (manager) di tempat aku baito atau bekerja. Kita anggap saja namanya “Asep”.

Bekerja di tempat sayuran

Tempat baito atau kerja aku yang banyak menghasilkan uang saat di Maebashi, Gunma adalah ketika aku bekerja paruh waktu di Jepang dengan bayaran bukan per jam, tapi dengan bayaran buai atau persenan.

Karena bayaran aku bukan perjam, maka kesempatan aku mendapatkan uang lebih banyak dengan jam kerja yang lebih pendek. Untung? Pasti dong, tapi bukan hanya untung yang didapat, aku juga mendapatkan bos atau koujouchou yang membuatku buntung selama aku bekerja di tempat tersebut.

Jika aku bekerja di tempat lain, maka bayaran perjam yang aku dapatkan sekitar 750-890 yen perjamnya. Jika jam kerjanya malam, maka akan lebih besar lagi. Bahkan bisa saja mendapatkan gaji atau fee perjamnya sampai 1500 yen.

Baca Juga: Berapa Gaji Kerja di Jepang?

Namun dengan bekerja di tempat sayuran ini, aku mendapatkan uang cukup. Meskipun cukup, bayaran lain dan juga keinginan jalan jalan harus juga dipenuhi, maka aku juga melakukan baito malam agar ada tambahan uang.

Dalam sehari, aku bisa mendapatkan uang 3000 sampai 6000 yen hanya dengan 3 sampai 4 jam. Bahkan jika sangat cepat, bisa mendapatkan 7000 yen perharinya.

Hal inilah yang membuatku suka bekerja di tempat sayuran ini. Aku juga bertemu dengan teman teman yang menyenangkan dari Indonesia, Filipina, Mongolia dan Jepang. Bahkan kekeluargaan yang aku dapatkan dari mereka.

Hanya saja, aku harus berhadapan dengan koujoucho dengan protes yang aku lontarkan, dan imbasnya adalah selama bekerja, aku tidak merasakan “manisnya” bos tersebut.

Hal manis yang aku maksudkan adalah aku orang terakhir yang akan dipuji atau diberi selamat jika ada hal baik. Jika perlu, dia tidak akan melakukannya. Bahkan, beberapa kesalahan sering dia berikan padaku. Padahal, jelas jelas teman teman lain lebih berat, lebih sering dan bermasalah, tapi dia hanya melihatku sebagai ancaman. Ya, itu yang aku rasakan. Bahkan hal baik yang pernah dia lontarkan ketika aku akan resign adalah ketika aku memberikan beberapa makanan (orang Indonesia sering berbagi makanan saat istirahat kerja) pada dia.

“Ternyata Fuji san baik juga, ya, berbagi makanan.”

Aku hanya tersenyum dalam hati, memangnya selama ini aku jahat? Tidak juga, cuma ke kamu aja kali. Haha. Aku malahan setiap hari juga seperti ini. Berbagi makananan bagi aku biasa saja. Jika ada makanan, ya kita sharing, tidak ada ya nunggu temen memberikan makanan. Hehehe.

Awal mula protes ke manajer pabrik terkait Indonesia osoi

Protes ke manajer pabrik: Jangan pernah bilang "Indonesia lamban!

Aku menamakan kejadian tersebut dengan judul “Indonesia Osoi” yang dalam bahasa Indonesia artinya Indonesia lamban, lambat, bodoh. Jujur, ada beberapa kata kata lain yang kurang sedap diucapkan si Asep ketika bilang Indonesia osoi tersebut.

Kita bekerja di tempat sayuran tersebut dimulai dari pukul 13.30 sampai pukul 17.00 an. Karena kita semua sekolah bahasa Jepang sampai pukul 12.00, lalu sholat, makan, dll. dan menuju tempat kerja, maka membutuhkan beberapa menit untuk sampai.

Entah kenapa, hari itu ada beberapa orang Indonesia (teman) yang telat datang dan dengan muka terburu buru sembari tersenyum dan langsung menuju tempat kerja. Tersenyum, khas banget ya orang Indonesia, meskipun dalam kondisi salah. Aku mengartikannya sebagai ungkapan sinis.

Karena ruang ganti baju ada di lantai atas, maka ketika ada orang yang terburu buru, maka akan kedengaran dibawah (tempat kerja). Koujoucho yang saat itu ada di genba (tempat kerja) langsung lari keluar ruangan menyambut anak Indonesia yang telat datang. Saat itu aku sedang mencuci tangan dan memasukkan sarung tangan karet.

“Indonesia, osoi. Woi, Indonesia, osoi zo!” Teriaknya di luar pabrik dengan keras.

Teman teman yang telat datang tertawa cekikikan.

Aku mendengar umpatan tersebut dengan jelas. Seketika aku merasa marah, kesal dan darah seolah mendidih dan ingin sekali aku langsung damprat manajer pabrik tersebut. Berani sekali dia bilang seperti itu pada negaraku.

Aku merasa, hal ini sudah keterlaluan. Bahkan beberapa kata jelek lain juga diucapkan.

Aku berusaha untuk bersabar dan ingin mendapatkan info jelas terlebih dahulu sebelum ikutan marah seperti si Asep.

Saat anak anak datang ke genba, Asep masih ngomel gomel karena beberapa anak Indonesia telat datang.

Baca Juga: Pengalaman bekerja di perusahaan Jepang dibantu JAC Indonesia

Saat bekerja, aku mengkonfirmasi kenapa mereka telat. Ada yang memang ada keperluan dulu, ada yang kurang bagus dalam memanage waktu, dll.

Ternyata bukan hanya cekikikan sinis, merasa bodoh atau terhibur dengan ucapan koujouchou yang menghardik mereka dengan sebutan osoi atau lamban, ada juga yang merasakan kesedihan atau juga merasa kesal ketika koujouchou berteriak Indonesia lamban di luar pabrik. Bahkan dia juga kembali ngomel di dalam genba sembari berdiskusi dengan pekerja asing lainnya.

Selama bekerja, aku dan beberapa orang lainnya sangat kecewa pada koujouchou karena ucapannya hari itu. Bukan hanya kecewa, kita marah juga. Beraninya dia bilang Indonesia osoi, lamban.

Dia mau bukti apa agar kita lebih bagus? (Maaf ya agak sombong, soalnya lagi sakit hati)

Protes ke manajer pabrik: Jangan pernah bilang "Indonesia lamban!
jalan jalan bersama teman baito

1. Siapa yang paling cepat dalam bekerja? Orang Indonesia

2. Siapa yang sering bebersih setelah bekerja? Orang Indonesia

3. Siapa yang paling berjasa sehingga pabrik tersebut itu membuat bahan makanan lebih banyak? Orang Indonesia

Jangan salah, etos kerja orang Indonesia juga tidak kalah dengan orang Jepang. Jika tidak ada orang Indonesia, mungkin pabrik tersebut membuat makanan dengan jumlah yang sangat sedikit. Perbandingan kecepatan yang dibuat orang Indonesia dan orang Jepang, bahkan negara lain kalah jika dibandingkan orang Indonesia. Kita serasa on the top jika dibandingkan mereka.

Tapi dengan ucapan koujouchou yang berteriak diluar pabrik dengan sebutan Indonesia osoi membuatku kesal.

Kita belum memberikan yang terbaik buat Indonesia, tapi ketika ada orang yang membuat Indonesia minus, kita akan protes, setidaknya itu rasa bangga yang harus aku perjuangkan untuk Indonesia.

Orang Jepang yang menjelekkan orang Indonesia tidak elegan. Buat malu Indonesia. Bagaimana jika orang orang sekitar pabrik mendengarnya? Malu, bukan?

Selama bekerja, aku membuat rencana untuk protes terhadap manajer tersebut dan jangan pernah lagi bilang Indonesia osoi. Aku tidak terima. Jika yang salah adalah orang tersebut, salahkan dia. Aku sama sekali tidak akan membela orang yang salah. Dia telat, tidak sesuai peraturan, maka tegur dia agar tidak mengulanginya, tapi jangan bawa negara Indonesia. Kalo bagus sih, fine.

Baca Juga: Jenis Part time jobs / Baito di Jepang

Berhadapan langsung untuk protes

Setelah selesai bekerja, aku mengganti baju dan mengobrol dengan beberapa teman karena aku mau protes terkait Indonesia osoi. Beberapa teman menyetujuinya dan ada yang ikut bersamaku untuk mengutarakan protes. Ada juga yang setuju, tapi takut karena bagaimana jika nantinya akan dipecat dari pekerjaan tersebut. Karena takut, ada beberapa teman yang menunggu di bawah dan berdoa agar hasil baik yang diterima kita semua.

Jika tidak salah, ada 2 orang yang ikut denganku saat protes Indonesia osoi. Kita dag dig dug karena ini kali pertama aku melakukan protes terhadap orang Jepang. Sebelumnya aku tidak pernah seperti ini. Jika salahpun, aku lebih banyak diam dan mengangguk karena aku merasa salah dan tidak berguna.

Untuk kasus Indonesia osoi, aku pikir aku tidak salah dan koujouchou sendiri yang salah dan keterlaluan.

Saat aku menunggu koujouchou. Akupun tidak lepas dari rasa gelisah. Aku bahkan siap siap untuk mencari pekerjaan lain jika aku memang harus dipecat. Bahkan setelah kejadian tersebut, hidupku seolah di neraka karena tidak nyaman lagi bekerja dengan koujouchou. Sampai aku bertahan cukup lama dan menguatkan diri bahwa aku bisa dan jika benar, maka semesta akan mendukung.

Karena aku juga harus baito malam, maka aku harus segera mengutarakan protes Indonesia osoi. Namun sayang, koujouchou yang ditunggu tidak kunjung datang. Dia masih di genba. Aku tidak mau ke genba lagi karena sudah ganti baju bersih dan bersiap pulang.

Karena tidak kunjung datang ke lantai atas, maka aku utarakan protes ini ke wakil koujoucho yang didengarkan juga oleh senior pabrik tersebut.

“Tadi siang anak Indonesia datang telat, aku sebagai temannya minta maaf. Tidak seharusnya mereka seperti itu. Jika telat, harusnya menginformasikan terlebih dahulu ke pabrik.

Tegur mereka, marahi mereka karena sikap dan sifat individu mereka yang jelek, bukan INDONESIA OSOI. Aku sebagai orang Indonesia sangat tersinggung jika ada siapapun, bahkan koujouchou yang sebagai orang Jepang menjelekkan negaraku, Indonesia. Dia berteriak di luar pabrik dengan ucapan Indonesia osoi. Aku pikir hal itu tidak pantas. Kita sebagai orang Indonesia malu. Tolong utarakan ini ke koujouchou. Kami sebagai wakil dari orang Indonesia sangat tidak suka, tersinggung dengan ucapan tersebut.

Orang Indonesia juga bekerja keras. Malahan paling cepat dalam bekerja. Tolong saling mengerti.”

Ucapan tersebut aku ucapkan dengan muka kesal. Wakil koujouchou mengerti dengan situasi tersebut dan dengan muka serius dia bilang akan memberitahukannya ke koujouchou. Dia pastikan tidak akan terjadi lagi insiden Indonesia osoi.

Semoga kelebihan dan juga kelemahan tersebut bisa dimengerti oleh kita semua.

Setelah mengutarakan protes Indonesia osoi, aku merasa lega. Tapi, beberapa teman juga terlihat cemas. Apakah mereka masih bisa bekerja?

Penderitaan mulai muncul akibat protes

Sesuai dengan prediksi, hubunganku dengan Asep akan terasa renggang, bahkan tidak akur. Benar saja dengan prediksi tersebut. Selama aku bekerja sama sampai resign, aku diperlakukan menjadi seseorang yang bersalah disetiap situasi. Atau jika aku seharusnya mendapatkan pujianpun, aku tidak akan mendapatkannya.

1. Jika teman teman datang bekerja jam 13.00, aku memuluai bekerja jam 13.30. Dia protes kenapa datang telat.

Aku bilang, perjanjian kerja dimulai jam 13.30 dan aku bersiap kerja 13.25 an, jadi aku tidak telat.

2. Ketika ada teman yang salah, maka aku yang disalahkan, kenapa aku yang dituakan tidak menginformasikannya ke anak Indonesia lain yang lebih muda.

3. Beberapa teman yang bekerja diberikan baju, makanan, sepatu, dll oleh koujouchou. Aku? Tidak sedikitpun dan akupun tidak berharap.

4. Teman teman akan ikut tertawa jika koujouchou memberikan joke garing. katanya sih biar suasana cair. Aku? Hanya diam karena tidak lucu.

Meskipun seperti itu, bagiku dengan sikap saling tidak peduli membuatku bisa bertahan lebih lama dari pekerjaan di bidang sayuran tersebut. Ntah bagaimana jika ada adu fisik atau adu mulut. Mungkin aku akan bekerja di tempat lain. Semoga saja sifat buruk orang Jepang tersebut hilang dan hatikupun selega lautan. Hahaha.

Aku suka bekerja di tempat sayur tersebut karena bukan hanya duit yang bisa aku dapatkan lebih besar, tapi juga rasa kekeluarga yang aku dapatkan dari sesama karyawan.

Aku bisa berkenalan dengan baik dengan teman Filipina, Mongolia, China, dll. Kita tertawa bareng, sedih bareng bahkan ada saatnya kita saling berbagi. Kita juga saling belajar bahasa satu sama lain.

Bahkan dengan kejadian protes dengan koujouchou, aku bisa dekat dengan “ibuku” yang sangat baik sekali.

Ucapan “ohayou” atau “ogenki desuka” yang aku sering ucapkan ternyata membekas padanya. Saat dia tidak masuk kerjapun, aku menanyakan kabarnya karena khawatir. Perhatian tersebut ternyata menyentuhnya.

Hampir setiap minggu aku diberikan makanan khas Jepang olehnya. Tempura, daging sapi, bahan makanan, buah buahan selalu tersedia di keranjang sepedaku saat aku pulang kerja.

Awalnya aku bingung, siapa yang menaruh bahan makanan di keranjangku. Bukan sekali dua kali, tapi beberapa kali. Akhirnya aku tahu ketika dia bertanya bagaimana makanan yang dibuatnya, apakah enak atau tidak. Aku sangat bersyukur karena memiliki dia.

Disaat aku menerima hal yang kurang menyenangkan di pabrik, ada orang lain yang juga peduli. Ada baik ada buruk, ada plus ada minus.

Terimakasih semuanya. Semua itu menjadikan aku sekarang ini. Jujur, aku tidak bermaksud untuk menyakitimu. Jika iya, berarti luka yang kau goreskan sangat dalam. Uhui.

Artikel ini lahir ketika muridku bertanya tentang karakter orang Jepang saat bekerja. Ada yang baik ada yang jahat kok.