Pengalaman Puasa di Jepang - 16 Jam puasa

Pengalaman Puasa di Jepang – 16 Jam puasa

FUJIHARU – Inilah sekelumit cerita yang aku rasakan saat puasa di Jepang tanpa keluarga tercinta. Jujur, perih karena biasanya aku berbuka dan sahur bersama keluarga, tapi kali ini aku harus sendiri, hanya ditemani oleh teman teman.

Pengalaman Puasa di Jepang

Puasa Ramadhan merupakan hal yang paling aku suka. Disamping karena banyak manfaat yang aku rasakan saat berpuasa seperti tubuh meregenerasi sel selnya, tubuh menjadi lebih sehat, lemak lemak berkurang, awet muda, semakin bersyukur, banyak pahala dll.

Satu hal yang aku suka selain terkait tubuh dan pahala adalah aku bisa bercengkrama dengan keluarga. Meskipun kita tidak begitu akrab, tapi ketika makan sahur atau berbuka, kita seolah dipersatukan.

Namun kegiatan berbuka bersama atau sahur bersama harus sirna karena aku belajar di Jepang. Di Jepang, aku hanya bisa buka atau sahur bersama teman teman seperjuangan, bukan dengan orang tercinta lagi.

Baca Juga: Puasa di Jepang dan bedanya

Tidak ada sirup Marjan

Kenapa harus sirup Marjan jika puasa? Karena penanda jika akan puasa adalah sirup Marjan. Iklan itu begitu melegenda sedari kecil. Kita akan dibuat kagum dengan berbagai iklan Marjam yang ada. Manisnya, dinginnya, rasa buahnya, begitu terngiang ngiang saat puasa.

Tapi maaf, Marjan tidak ada di Jepang, aku harus ganti dengan jus atau minuman lain. Sirup Marjannya sih ada, cuma harganya cukup mahal dan harus beli di Toko “Asia”. TV juga aku tidak menontonnya karena lebih suka menggunakan laptop atau smartphone untuk menonton atau menikmati tayangan TV.

Puasa bukan bersama keluarga

Karena keluarga tidak ada, aku pastinya berbuka dengan teman teman sekamar orang Indonesia yang berpuasa. Jangan pikir karena kita terbiasa puasa di Indonesia, lalu ketika di Jepang akan berpuasa ya. Banyak juga yang tidak puasa saat Ramadhan di Jepang.

Banyak alasan yang melandasi mereka untuk tidak berpuasa. Cuaca panas, tidak kuat, capek, toh tidak ada yang tahu, lingkungan mendukung untuk tidak berpuasa, dll. Alhamdulillah aku kuat, meskipun godaan untuk tidak puasa di Jepang sangat kuat.

Baca Juga: Pengalaman Puasa Pertama di Jepang

Apa saja godaan yang bisa membuat aku tidak puasa di Jepang?

1. Kerjaan banyak

Karena baito banyak, aku butuh tenaga banyak. Badan tentu saja lebih letih karena kekurangan tenaga. Tapi dengan niat kuat, alhamdulillah aku bisa.

Saat Ramadhan di Jepang, aku mempunyai 2 kerjaan kalo tidak salah. Kerja di Kyabetsu pada siang sampai sore dan kerja malam sampai pagi di AJIS. Kerjaan yang aku lakukan macam macam, tapi kebanyakan adalah bekerja di bagian kasar.

Baca Juga: Meskipun Muslim, kenapa tidak berpuasa?

2. Tawaran untuk berbuka puasa di Jepang lebih besar

Orang Jepang yang tidak tahu muslim akan takut jika aku berpuasa dan bekerja dengan orang Jepang. Alasan mereka takut bahwa aku akan mati saat bekerja. Makanya mereka menawari kita untuk berbuka puasa. Biasanya sering ditawari saat istirahat bekerja.

“Fuji san, makan saja, buat apa puasa? Kan tuhanmu tidak tahu.”

“Makan saja, nanti di kamar biar yang lain tidak tahu.”

Dan contoh lainnya. Aku terkadang tersenyum ketika mereka meminta aku untuk berbuka puasa. Aku sedikit jelaskan bahwa aku tidak apa apa, cuma lapar saja, tapi masih bisa menahannya

3. Saat istirahat, orang Indonesia makan di depan kita

Jika di Indonesia, beberapa orang masih menghargai orang yang berpuasa, tapi jika di Indonesia, mereka makan tanpa bersalah di depan kita. Bisa jadi karena tidak tahu, atau memang bisa jadi karena itu bukan salah mereka, jadi ngapain makan harus sembunyi untuk orang lain?

Beberapa teman bahkan makan bersama orang Jepang disaat yang lain puasa. Tapi, kita nggak baper, malah kita terkadang saling tertawa karena kekonyolan masing masing.

Baca Juga: Buah buahan yang baik dikonsumsi saat puasa

4. Musim Panas saat puasa

Karena musim panas, puasa di Jepang semakin lama. Biasanya aku sahur sekitar pukul 02.30 selesai jam 3, lalu berpuasa sampai jam 19.00. Panasnya Jepang bukan main. Yang bikin tidak tahan adalah karena kelembababnnya yang sangat tinggi. Di Indonesia, meskipun panas, jika ada angin lewat masih adem. Jika di Jepang, angin lewat saja sama panasnya.

5. Aurat dimana mana

Karena musim panas, banyak sekali orang orang yang memakai baju yang lebih terbuka dan tipis. Hal ini tentu saja menjadi tantangan bagi semua yang berpuasa. Jagalah hati, jagalah mata.

 

Pengalaman Puasa di Jepang - 16 Jam puasa
Foto depan Mesjid Isesaki

6. Makanan halal sedikit

Makanan halal di Jepang masih bisa dihitung tangan. Jika adapun harganya jauh lebih mahal dibandingkan dengan barang sejenis.

Karena aku tidak bisa memasak, aku lebih sering masak telur dadar dan juga bala bala karena bahannya murah dan gampang didapatkan. Cuma karena sering makan makanan itu, jadi cukup bosan juga ya.

Baca Juga: Ngabuburit di Jepang

Itulah sekelumit cerita puasa ramadhan di negeri matahari terbit atau Jepang. Semoga bisa memberikan gambaran saat puasa di Jepang nanti.

Jika kalian masih bisa berbuka dan sahur bersama keluarga kalian, maka perbanyaklah rasa syukur kepada Allah. Karena ketika kalian merasakan puasa di Jepang sendirian tanpa keluarga tercinta, sedih rasanya.