Suamimu Pujaan Hati

Fujiharu.com – Ketika rasa lain hadir pada pacar sahabatmu. Apa yang akan kamu lakukan?

Suamimu Pujaan Hati

Minah memandangi Alissa yang membawa anak kecil dipangkuannya. Mukanya sedih sekali, sampai-sampai tanpa terasa air matanya mengalir jatuh di pipinya yang putih dan agak keriput.

“Minah, Kenapa?” Tanya Alissa, mengeluarkan tissu dari tas kecilnya. Minah hanya menggeleng kecil dan mengusap air mata yang meleleh. Diusapnya beberapa kali sambil memandang ke luar angkot. Dia tak berani menatap mata sahabatnya. Saat itu angkot yang ditumpangi Minah dan Alissa agak kosong. Jadi, Minah tidak begitu malu.

“Minah, kalau kamu punya masalah cerita saja. Jangan malu malu. Sejak aku menikah dengan Mas Arya, kamu seolah menghilang dari kehidupanku. Dan sekarang…Setelah kita bertemu, kamu seperti orang lain saja. Ingat! Kita ini sahabat yang melebihi saudara kandung. Apapun yang masalahmu, aku bersedia menanggungnya bersama sama.” Ucap Alissa, tanpa menghiraukan pertanyaan sahabatnya yang tidak perlu dijawab.

Minah senang mendengar ucapan sahabatnya, Alissa. Dia tetap seperti Alissa yang dulu. Seorang sahabat yang siap menolong temannya dalam kondisi apapun. Perempuan yang selalu optimis dalam menjalani hidup.

Gang menuju rumah Alissa agak jauh, tapi mereka tidak naik ojek. Ingin mengirit duit katanya.

**

“Minah, aku terserang virus cinta.”

“Deuh……yang lagi jatuh cinta. Sama siapa?”

Alissa menceritakan seseorang yang membuat hatinya tak karuan. Siang malam dia selalu hadir dalam hidupnya. Tingkah lakunya yang sopan telah membuat Alissa terkesima.

“Siapa?” Todong Minah, menggelitiknya.

“Mas Arya.” Jawab Alissa malu-malu.

DEG!!!

“Mas Arya?! Apa aku nggak salah dengar. Soalnya…dia kan, dari keluarga kurang mampu, sedangkan kamu dari keluarga terpandang.. Apa ortumu akan setuju?” Nada bicara Minah mulai tergesa gesa dan ragu ragu.

Karya Fujiharu

“Kamu ngomong apa sih. Cinta itu tidak mengenal kaya dan miskin. Bukankah kamu sendiri yang bilang kalau cinta itu masalah hati, bukan materi. Lagian…aku juga belum tentu menikah sama dia. Atau…kamu cemburu karena aku suka sama Mas Arya?” Goda Alissa. Seketika muka Minah merah padam. Dia kelihatan salah tingkah.

“Eh, kita ngerujak mangga aja yuk?” Ucap Minah mengalihkan pembicaraan. Alissa hanya mengiyakan saja. Ketika mengupas mangga, Alissa mengamati gerak gerik sahabatnya yang menjadi aneh setelah menceritakan orang yang disukai. Mata Minah memandang, tapi hanya kehampaan yang ada dalam pikirannya.

Enam bulan setelah kejadian itu, Alissa menikah dengan Mas Arya. Awalnya keluarga Alissa menolak karena Mas Arya dari keluarga kurang mampu. Mereka takut putri bungsunya, Alissa terlantar karena kekurangan materi. Tapi, semua kekhawatiran itu ditepis dengan argumen Minah, sahabatnya yang meyakinkan mereka. Minah berusaha mati matian agar orang tua Alissa menerima Mas Arya sebagai bagian dari mereka.

“Ibu, aku yakin Mas Arya akan membahagiakan Alissa. Dia orang yang bertanggung jawab. Lihatlah kesehariannya. Dia rajin dan ulet. Ehm…Alissa juga bukan orang yang cengeng. Dia perempuan yang kuat.”

Ayah dan Ibu ingin memberi komentar, tapi Minah segera memberi jawaban yang membuat mereka tenang.

“Aku tahu Alissa, karena sejak kecil berteman dengannya, Dia bukanlah orang yang gampang menyerah. Dia seorang perempuan yang kuat. Ayah dan ibu pun pasti tahu siapa Alissa itu.”

Orang tua Alissa mengangguk yakin. Alissa memang seorang yang kuat. Seorang yang tidak gampang menyerah, sederhana dan baik hati.

“Minah, terimakasih karena kamu selalu ada disampingku dalam suka dan duka. Kamu selau membantu kalau aku ada kesulitan. Aku senang menjadi sahabatmu. Setahun pernikahanku dengan Mas Arya ini sungguh indah, kaupun harus segera menikah karena menjadi seorang isteri itu lebih menyenangkan daripada melajang. Oh iya, Kapan kamu akan menikah?”

Minah menggigit bibirnya. Ia tidak mau menjawab pertanyaan itu. Sungguh menyakitkan.

“Aku yakin kamu mempunyai orang yang disukai. Eh, kamu masih ingat nggak ketika kita curhat tentang siapa orang yang paling disukai?”

Minah menggaruk garuk kepala sebentar.

“Masa sih, kamu lupa. Sebelum aku cerita kalau aku suka Mas Arya, kamu mau bilang…A…A… siapa gitu. Tapi kamu belum melanjutkannya. Sebenarnya…siapa sih, orang yang berinisial ‘A’ itu?”

Minah tersenyum simpul dan menatap foto pernikahan Alissa dan Mas Arya. Keluarga yang bahagia, pikir Minah.

Perasaan Minah terbawa suasana foto itu. Ketika itu mereka masih berumur dua puluh lima tahun.

“Sudahlah. Itu hanya cerita masa lalu. Aku nggak mau merusak kenangan yang sedang dirajut oleh orang itu. Mereka kelihatannya hidup bahagia. Sungguh keluarga yang bikin aku tambah iri.” Tanpa terasa air mata Minah kembali meluncur bebas di pipinya.

“Jadi…orang yang kamu sukai itu sudah berkeluarga? Siapa? Kenapa kamu tidak segera ngomong?” Tanya Alissa agak kaget. Minah hanya mengangguk, lalu mengusap air matanya.

“Apakah orang yang kamu sukai itu kenal dekat dengan kita?”

“Sudahlah. Aku nggak mau membahasnya. Lagian…itu sudah berlalu.”

“Tidak bisa.” Kata Alissa tegas. ”bagaimana bisa aku diam saja, sementara sahabatku selalu sedih. Seharusnya kamu cerita hal ini dari dulu. Mungkinkah…inilah alasan kamu belum menikah karena selalu memikirkan orang itu?” Tebak Alissa. Raut muka Minah merah dan segera mengalihkan pembicaraan dengan menggendong anak Alissa untuk diajak bermain.

“Minah, Kenapa? Apakah tangan si Kecil mengenai matamu?” Tanya Mas Arya. Minah segera menggeleng dan membawa si Kecil keluar rumah.

Mas Arya menghampiri Alissa dan menanyakan apa yang terjadi, tapi Alissa menjawab tidak tahu.

Alissa penasaran, siapa yang disukai sahabatnya itu, sampai sampai membuat Minah tetap melajang sampai sekarang. Padahal, umur Minah sudah lebih dari cukup untuk seorang wanita yang akan menikah.

“Minah, jawab pertanyaanku dengan jujur? Apakah laki laki itu dulu sangat dekat dengan kita?”

Minah memandang lama sahabatnya itu. Ragu ragu dia menjawabnya, tapi…jawaban seolah tercekat dari tenggorokannya.

“Bibi, aku mau main sama Ayah…” Kata si Kecil. Diturunkannya si Kecil dari gendongan Minah, lalu berlari menghampiri Ayahnya.

“Sudahlah. Bukankah aku sudah bilang kalau itu hanya masa lalu. Sekarang Aku sudah punya seseorang yang aku sukai.” Ucap Minah datar.

“Bohong. Matamu berkata lain. Itu bukanlah perkataan yang keluar dari hati, tapi hanya mulut semata. Minah…jawablah!”

“Baiklah. Aku akan menjawabnya.” Minah berkata sambil tersenyum nakal pada Alissa. ”Apa ya….jawabannya….Ya! Orang yang dekat dengan kita. Puas? Tapi…sudahlah. Aku tidak ingin hal ini merusak hubungan orang itu. Mereka bahagia.”

Alissa berusaha mengingat sekeras baja siapakah laki laki yang pernah dekat dengan Minah ataupun dirinnya. Tik Tok Tik Tok. Jarum jam berjalan tidak secepat biasanya. Ingatan kembali dipanggil dan yang muncul hanyalah seorang laki laki yang sangat dekat dengan mereka, seorang yang membuatnya khawatir, sedih, gelisah, dan orang itu selalu berada di samping Alissa, suaminya, Mas Arya!

“Maaf, aku bikin malu kamu ya?” Tanya Minah , tertawa kecil.

**

“Sejak bersuami, aku harus pandai-pandai mengatur duit. Pemasukan yang diberikan suami harus dipergunakan dengan bijak. Awalnya aku agak risih juga. Penghasilan suami tidak begitu besar, tapi…aku merasa tertantang untuk bisa bertahan dengan kondisi apapun. Dan alhamdulillah…cukup berhasil. Kalau kita merasa bersyukur, kita seolah seperti orang kaya. Segalanya serba kecukupan.” Kata Alissa bersemangat.

Minah memandang mata sahabatnya dengan seksama. Alissa memang tidak menyiratkan rasa kesedihan. Justru, rasa bahagia memancar di mukanya. Minah senang, sahabatnya menemukan teman hidup yang cocok dan menyayanginya.

“Ayah…”Anak terkecil Alissa memanggil ayahnya yang sedang duduk di kursi depan rumah. Sang ayah segera menghampiri anak dan isterinya. Alissa mencium tangan suaminya, Mas Arya.

“Eh, bukankah kamu…”

“Mas Arya lupa, ya. Aku Minah, anak pak Harjo, teman mainnya Alissa .” Ucap Minah, tersenyum.

“Oh…maaf, aku agak lupa. “

“Ayah, tadi aku diajak Ibu kerumah bibi Minah. Di rumah bibi banyak mangganya. Wah…rasanya manis sekali.” Kata anak terkecil Alissa.

“Oh, aku juga buat manisan mangga yang rasanya manis asam dan pedas. Kesukaan mas Arya.” Timpal Minah sambil menunjukan manisan yang dibuatnya bersama Alissa. Warna manisan itu kuning muda. Mas Arya tersenyum senang karena dibawakan makanan kesukaannya.

Rumah Alissa dan Mas Arya sederhana. Perabot di rumahnya tidak begitu banyak. Kulkas berdiri miring di sudut rumah. Di dalam kulkas berjejer es lilin yang telah membeku. Mungkin untuk dijual di warung-warung tetangganya.

Di dinding kamar tengah terpampang foto Alissa dan Mas Arya saat akad nikah. Alissa sangat cantik saat mengenakan baju pengantin. Disamping mereka ada Minah yang mengenakan baju hijau sambil menutupi hidung dengan sapu tangannya.

Itulah hari tersedih dan bahagia. Sedih karena orang yang Minah cintai menikah dengan orang lain. Tapi, menjadi hal yang membahagiakan karena sahabatnya telah menikah dengan orang yang dicintainya.

One comment